PAREBUT SE’ENG

http://artikelsukabumi.blogspot.com/2015/11/parebut-seeng.html
SEJARAH PAREBUT SE’ENG DI DESA SINDANGBARANG
SejarahParebut seeng merupakan salah suatu jenis atraksi pertunjukan seni yang terdapat di Kabupaten Bogor. Dalam peragaannya kesenian ini memperlihatkan gerak atau jurus-jurus dasar silat. Awalnya kesenian ini tumbuh di Cimande. Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor yang merupakan pusat seni bela diri yang terkenal. Di tempat tumbuhnya sendiri seni ini disebut tepak seeng dan ditampilkan pada acara-acara pernikahan. Kesenian ini kemudian menyebar ke berbagai tempat seiring dengan penyebaran ilmu bela diri pencak silat itu sendiri. Sekitar tahun 1925-an salah seorang warga Sindangbarang Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari (waktu itu termasuk Kecamatan Ciomas) yang bernama Bapak Ujang Aslah bermukim di Cimande belajar pencak silat aliran Cimande dari Abah Haji Hasbulloh.
Setelah lima tahun mempelajari persilatan kemudian ia kembali ke kampungnya. dan mulai mengajarkan persilatan aliran Cimande. Setelah Bapak Ujang Aslah berusia 75 tahun karena usianya yang tua dia menurunkan ilmunya kepada murid-muridnya di antaranya kepada Sdr. Ukat S. Berkat usaha-usahanya seni parebut seeng tersebut dapat diangkat kembali tepatnya mulai tahun 2006. Selain itu sebelumnya di bawah asuhan Lurah Pasireurih yaitu Bapak Etong Sumawijaya, sejak tahun 1950-1970-an pencak silat aliran Cimande berikut atraksi tepak seeng yang kemudian dinamakan parebut se’eng serta berbagai jenis kesenian tradisional lainnya berkembang dan menyebar ke berbagai tempat. Berbagai macam kesenian tradisional sering dipertunjukkan pada acara-acara seperti acara sidekah bumi (seren taun), acara 17 Agustusan, besanan, dan lain.lain
Kegiatan almarhum Bapak Etong Sumawijaya dalam bidang kesenian tersebut dilanjutkan oleh salah seorang cucunya yang bernama Maki Sumawujaya hingga saat ini.
Acara parebut seeng
Di Sindangbarang acara ini pada awalnya biasanya diadakan sehari sebelum hari pernikahan (akad nikah).yaitu pada upacara besanan. Sekarang ini sesuai dengan perkembangan jaman dilakukan pada saat sebelum akad nikah. Di halaman depan rumah, calon pengantin perempuan didampingi kedua orang tua, para sesepuh, seorang bobotoh dan seorang pendekar. menyambut kedatangan rombongan calon pengantin pria. Pihak tuan rumah dalam acara ini harus menyediakan sebuah hawu atau tungku tradisional sebagai persyaratan. .
Sementara itu rombongan calon pengantin pria terdiri atas yaitu
- calon pengantin pria didampingi oleh kedua orang tuanya.
- para kerabat dan para sesepuh lainnya
- bobotoh atau pendekar yang mengepit sebuah seeng (dandang)
- pembawa dongdang berisi berbagai macam peralatan rumah tangga
- pemain reog
Setelah atraksi parebut seeng ini selesai. kemudian diteruskan dengan acara pokok/puncak yaitu akad nikah